Selasa, 24 Februari 2009

MEMAKNAI SUARA RAKYAT DALAM PEMILU

MEMAKNAI SUARA RAKYAT DALAM PEMILU
Oleh Muhammad Mustajab. S.Sos

Sepanjang tahun 2008 – 2009, adalah hari-hari yang setiap detiknya suara masyarakat menjadi komoditi yang amat menarik untuk diperebutkan, berpuluh, beratus bahkan berjuta iklan/baleho dan sejenisnya tersebar di setiap sudut dan media massa, dengan berbagai slogan dan nuansa berwarna yang mampu membuat pemandangan baru, yang hanya dapat “dinikmati” pada masa kampanye pemilu/pilkada. Apalagi jumlah parpol meningkat tajam, dimana pada Tahun 2004 hanya 24 parpol, maka pada Tahun 2009 ini 38 parpol berebut simpati rakyat.

Meskipun belum ada lembaga yang menghitung perputaran uang pada event pesta demokrasi atau pesta rakyat Tersebut. Mungkin dapat dikira-kira atau diproyeksikan betapa besar omset dan perputaran uang, dengan tujuan utama menarik simpati rakyat, yang berujung dipilihnya calon-calon terpilih untuk duduk mewakili rakyat pada lembaga terhormat.

Besarnya biaya pesta demokrasi ini, memang tidak tanggung-tanggung, bahkan melebihi nilai APBD sebuah Kabupaten tertentu. contoh dalam Pilkada saja, biaya yang dikeluarkan pemerintah untuk pilkada gubernur Jawa Timur yang mampu menembus angka fantastis Rp. 800 Milyard, belum lagi biaya-biaya seperti iklan pada media cetak dan elektronik, dan lain-lain, yang harus keluar dalam rangka mendukung pekerjaan besar tersebut, baik dari sisi pengeluaran calon kepala daerah maupun dari sisi pengeluaran pemerintah.

Terdapat 3 (tiga) pertanyaan besar mengiringi fenomena di atas, pertama, betapa mahalnya sebuah proses demokrasi dimaksud, apakah efektivitasnya mampu dipertanggungjawabkan, sehingga suara rakyat yang diperebutkan itu menjadi bermakna secara nyata?, kedua, proses demokrasi yang menggambarkan betapa berharganya suara rakyat tersebut, mampukah menjadi sebuah piranti yang memadai untuk mempertahankan suara rakyat menjadi tetap memiliki harga yang tinggi, setelah berakhirnya pemilu/pilkada? Ketiga, sejauhmanakah calon terpilih mampu mengemban amanah rakyat setara dengan pengorbanan sumber daya dan harapan masyarakat untuk kehidupan yang lebih baik?

Beranjak dari pertanyaan diatas, penulis mencoba menyampaikan hasil analisa sederhana terhadap beberapa fenomena seputar Pemilu Tahun 2009, diantaranya adalah:

Masih rendahnya pengetahuan masyarakat tentang kualitas calon, baik dari aspek kompetensi, kualitas, moralitas maupun kapabilitasnya. Hal ini diperparah dengan hanya dicantumkannya nomor urut dan nama calon tanpa gambar/foto, kecuali calon anggota DPD RI yang mencantumkan foto calon.
Sementara tingkat pendidikan dan pengetahuan masyarakat yang sangat bervariasi, sehingga tentunya akan berpengaruh pada kemampuan pemilih dalam memilih dan memilah calon mana yang benar-benar tepat untuk menjadi pilihan. Minimnya informasi tentang calon dan pengetahuan pemilih yang terbatas, kiranya dapat menjadi batu sandungan yang besar dalam menciptakan sebuah hasil pemilu yang berkualitas.

Tata cara penandaan/pencontengan yang memerlukan pengetahuan dan keterampilan yang cukup memadai, contoh saja, banyak parpol dan jumlah calon legislatif yang terpampang dengan huruf-huruf yang relatif kecil dalam lembaran kertas yang lumayan besar tersebut, tentunya memerlukan ketelitian dan kecakapan tertentu untuk menemukan nama yang menjadi pilihan, sementara tentang tata cara pencontengan-pun belum dipahami dengan baik oleh sebagian masyarakat akibat sosialisasi yang belum maksimal, ditengarai akan akan menjadi kendala utama untuk mempersiapkan masyarakat untuk menjadi pemilih yang benar, sehingga dikhawatirkan akan terjadi peningkatan suara yang tidak sah, karena kesalahan penandaan/pencontengan.

Selanjutnya, kendala Potensi golput yang cukup besar, sehingga memerlukan antisipasi berbagai pihak, Fatwa haram MUI yang dikeluarkan dalam menyikapi fenomena golput, kemudian seakan tidak memberikan dampak berarti ditengah masyarakat, karena sebagian masyarakat menganggap penggunaan hak pilih bukan suatu hal yang harus difatwa halal atau haram, tetapi merupakan hak individu yang juga harus dihargai dan dijunjung tinggi, ditambah dengan pendapat yang kontra dari beberapa tokoh, seakan semakin menenggelamkan fatwa haram MUI tersebut.




Sebagai ilustrasi fenomena golput dapat dilihat pada tabel berikut:
Tahun Pelaksanaan Pemilu
Jumlah Golput
1987
8,68%
1992
9,10%
1997
13%
1999
10,21%
2004
23,34%
Sumber: http:www.indomedia.com/sripo/2004/04/05/0504uta2.htm

Fenomena semakin meningkatnya golput, akan mempunyai konsekuensi terhadap tingkat legitimasi pemerintahan. Dalam perspektif teori politik, jika golput melebihi 50% maka derajat legitimasi suatu pemerintahan sangat rendah, dan tidak cukup absah dalam menjalankan roda pemerintahan (Laporan studi lapangan, “Golput mengapa terus Meningkat?”,Tim redaksi Jurnal dialog kebijakan publik, Depkominfo tahun 2008:44).

Orang semakin enggan berpartisipasi dalam pemilu, salah satu sebabnya adalah bahwa mereka merasa tidak cukup melihat adanya tanda-tanda bahwa parpol menunjukkan kinerjanya yang semakin baik. Dari dulu hingga sekarang menurut penilaian konstituen, parpol hanya peduli pada konstituen jika hanya menjelang Pemilu. Setiap kali menjelang pemilu, para elit parpol banyak mengumbar janji manis kepada rakyat, tetapi setelah pemilu janji hanya tinggal janji, tidak pernah ditepati. (Laporan studi lapangan, “Golput mengapa terus Meningkat?”,Tim redaksi Jurnal dialog kebijakan publik, Depkominfo tahun 2008:45).

Pengalaman masyarakat selama ini menegaskan betapa aspirasi masyarakat menjadi seakan terpinggirkan, dan lebih pada mendominasinya kepentingan yang lebih besar yang notabene bukan kepentingan masyarakat banyak tetapi kepentingan-kepentingan untuk mempertahankan kekuasaan yang juga notabene diperoleh dari suara rakyat yang diperoleh dengan pengorbanan energi yang besar. Parpol yang selama ini diharapkan akan memperjuangkan aspirasi masyarakat, belum dapat secara optimal mengakomodir keinginan dan harapan masyarakat.

Untuk itulah, dalam upaya memaknai suara rakyat dalam pemilu, diperlukan adanya komitmen semua pihak untuk dapat melaksanakan proses demokrasi pemilu secara bertanggung jawab, bukan hanya terfokus pada proses pemilu saja, namun juga terhadap tumbuh kembangnya nilai moral dan tanggung jawab dalam menjalankan dan mengemban amanah masyarakat/pemilih secara optimal.

Beberapa kelemahan dalam proses pemilu, meskipun tidak serta merta dapat dihapus atau dihilangkan, namun diperlukan langkah-langkah konkrit yang berorientasi pada semakin mapannya system pemilu yang dilaksanakan, karenanya terhadap kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan penyelenggaraan pemilu selama ini perlu menjadi pemikiran dan evaluasi bersama, guna terbangunnya solusi memadai terhadap proses pemilu yang efisien sekaligus efektif.

Sebab proses pemilu yang memakan biaya dan energi yang sangat besar tersebut, bila tidak dimaknai dengan sungguh-sungguh, tentunya hanya akan menjadi proses politik yang hanya mampu menghabiskan uang rakyat yang tidak sedikit dan mendudukan orang-orang pada posisi tertentu tetapi tidak dapat menjamin tercapainya tujuan dari pemilu itu sendiri, yaitu terakomodirnya aspirasi masyarakat yang bermuara pada peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Pengalaman penyelenggaraan pemilu dari masa lalu hingga sekarang dengan model dan dinamikanya akan menjadi guru berharga, dalam memaknai suara rakyat dalam proses pemilu, baik dalam tahap perencanaan, penyelenggaraan maupun evaluasi pemilu yang dilaksanakan.

Akhirnya, dengan segala kelebihan dan kekurangannya, pada tanggal 9 April 2009 nanti marilah kita datangi TPS-TPS terdekat, gunakan hak pilih kita dengan sebaik-baiknya sebagai bagian dari penghargaan kita atas pentingnya suara yang kita berikan bagi kelancaran dan semakin kokohnya legitimasi Pemilu 2009, yang Insya Allah akan mampu mengemban amanah rakyat dalam menghantarkan bangsa dan Negara kepada kemajuan dan kemakmuran, yang bermuara pada peningkatan kesejahteraan rakyat, baik lahir maupun bathin. Semoga.

Penulis,
Pemerhati sosial tinggal di Marabahan
Email: vision74_must@yahoo.co.id

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Blog Walking...
Nice Post...
Good Luck:D